Resistor
Macam-macam Resistor
Pada dasarnya, ada dua macam resistor, yakni
resistor tetap (fixed resistor) dan resistor tidak tetap (variableresistor). Untuk resistor tetap, ciri – cirinya adalah nilai resistansinya
tidak dapat diubah – ubah karena pabrik pembuatnya telah menentukan nilai tetap
dari resistor tersebut. Sedangkan, untuk variable resistor, ciri –
cirinya adalah nilai resistansinya dapat diubah – ubah. Dengan demikian, kita
dapat menentukan besarnya resistansi dari variable resistor sesuai
dengan keinginan kita.
Macam - macam resistor tetap (fixed resistor):
1. Resistor Kawat
|
|
Resistor kawat adalah jenis resistor generasi
pertama yang lahir pada saat rangkaian elektronika masih menggunakan tabung
hampa (vacuum tube). Bentuknya bervariasi dan memiliki ukuran yang
cukup besar. Resistor kawat ini biasanya banyak dipergunakan dalam rangkaian
power karena memiliki resistansi yang tinggi dan tahan terhadap panas yang
tinggi. Jenis lainnya yang masih dipakai sampai sekarang adalah jenis
resistor dengan lilitan kawat yang dililitkan pada bahan keramik, kemudian
dilapisi dengan bahan semen. Rating daya yang tersedia untuk resistor jenis
ini adalah dalam ukuran 1 watt, 2 watt, 5 watt, dan 10 watt. Ilustrasi dari
resistor kawat dapat dilihat pada gambar di samping.
|
|
2. Resistor Batang Karbon (Arang)
|
|
Pada awalnya, resistor ini dibuat dari bahan
karbon kasar yang diberi lilitan kawat yang kemudian diberi tanda dengan kode
warna berbentuk gelang dan pembacaannya dapat dilihat pada tabel kode warna.
Jenis resistor ini juga merupakan jenis resistor generasi awal setelah adanya
resistor kawat. Sekarang sudah jarang untuk dipakai pada rangkaian –
rangkaian elektronika. Bentuk dari resistor jenis ini dapat dilihat pada
gambar di samping.
|
|
3. Resistor Keramik atau Porselin
|
|
Dengan adanya perkembangan teknologi di bidang
elektronika, saat ini telah dikembangkan jenis resistor yang terbuat dari
bahan keramik atau porselin. Kemudian, dengan perkembangan yang ada, telah
dibuat jenis resistor keramik yang dilapisi dengan kaca tipis. Jenis resistor
ini telah banyak digunakan dalam rangkaian elektronika saat ini karena bentuk
fisiknya kecil dan memiliki resistansi yang tinggi. Resistor ini memiliki
rating daya sebesar 1/4 watt, 1/2 watt, 1 watt, dan 2 watt. Bentuk dari
resistor ini dapat dilihat pada gambar di samping.
|
|
4. Resistor Film Karbon
|
|
Resistor film karbon ini adalah resistor hasil
pengembangan dari resistor batang karbon. Sejalan dengan perkembangan
teknologi, para produsen komponen elektronika telah memunculkan jenis
resistor yang dibuat dari bahan karbon dan dilapisi dengan bahan film yang
berfungsi sebagai pelindung terhadap pengaruh luar. Nilai resistansinya
dicantumkan dalam bentuk kode
warna. Resistor ini juga sudah banyak digunakan dalam berbagai rangkaian
elektronika karena bentuk fisiknya kecil dan memiliki resistansi yang tinggi.
Namun, untuk masalah ukuran fisik, resistor ini masih kalah jika dibandingkan
dengan resistor keramik. Resistor ini memiliki rating daya sebesar 1/4 watt,
1/2 watt, 1 watt, dan 2 watt. Bentuk dari resistor ini dapat dilihat pada
gambar di samping.
|
|
5. Resistor Film Metal
|
|
Resistor film metal dibuat dengan bentuk hampir
menyerupai resistor film karbon. Resistor tahan terhadap perubahan
temperatur. Resistor ini juga memiliki tingkat kepresisian yang tinggi karena
nilai toleransi yang tercantum pada resistor ini sangatlah kecil, biasanya
sekitar 1% atau 5%. Jika dibandingkan dengan resistor film karbon, resistor
film metal ini memiliki tingkat kepresisian yang lebih tinggi dibandingkan
dengan resistor film karbon karena resistor film metal ini memiliki 5 buah
gelang warna, bahkan ada yang 6 buah gelang warna. Sedangkan, resistor film
karbon hanya memiliki 4 buah gelang warna. Resistor film metal ini sangat
cocok digunakan dalam rangkaian – rangkaian yang memerlukan tingkat
ketelitian yang tinggi, seperti alat ukur. Resistor ini memiliki rating daya
sebesar 1/4 watt, 1/2 watt, 1 watt, dan 2 watt. Bentuk dari resistor ini
dapat dilihat pada gambar di samping.
|
Macam – macam variable resistor:
1. Potensiometer
|
|
Potensiometer merupakan variable resistor
yang paling sering digunakan. Pada umumnya, potensiometer terbuat dari kawat
atau karbon. Potensiometer yang terbuat dari kawat merupakan potensiometer
yang telah lama lahir pada generasi pertama pada waktu rangkaian elektronika
masih menggunakan tabung hampa (vacuum tube). Potensiometer dari
kawat ini memiliki bentuk yang cukup besar, sehingga saat ini sudah jarang
ada yang memakai potensiometer seperti ini. Pada saat ini, potensiometer
lebih banyak terbuat dari bahan karbon. Ukurannya pun lebih kecil, namun
dengan resistansi yang besar. Gambar di samping adalah potensiometer yang
terbuat dari bahan karbon. Pada umumnya, perubahan resistansi pada
potensiometer terbagi menjadi 2, yakni linier dan logaritmik. Yang dimaksud
dengan perubahan secara linier adalah perubahan nilai resistansinya sebanding
dengan arah putaran pengaturnya. Sedangkan, yang dimaksud dengan perubahan
secara logaritmik adalah perubahan nilai resistansinya berdasarkan
perhitungan logaritmik. Pada umumnya, potensiometer logaritmik memiliki
perubahan resistansi yang cukup unik karena nilai maksimal dari resistansi
diperoleh ketika kita telah melakaukan setengah kali putaran pada
pengaturnya. Sedangkan, nilai minimal diperoleh saat pengaturnya berada pada
titik nol atau titik maksimal putaran. Untuk dapat mengetahui apakah
potensiometer tersebut linier atau logaritmik, dapat dilihat huruf yang tertera
di bagian belakang badannya. Jika tertera huruf B, maka potensiometer
tersebut logaritmik. Jika huruf A, maka potensiometer linier. Pada umumnya,
nilai resistansi juga tertera pada bagian depan badannya. Nilai yang tertera
tersebut merupakan nilai resistansi maksimal dari potensiometer.
|
|
2. Potensiometer Geser
|
|
Potensiometer geser merupakan kembaran dari
potensiometer yang telah dibahas di atas. Perbedaannya adalah cara mengubah
nilai resistansinya. Pada potensiometer yang telah dibahas di atas, cara mengubah
nilai resistansinya adalah dengan cara memutar gagang yang muncul keluar.
Sedangkan, untuk potensiometer geser, cara mengubah nilai resistansinya
adalah dengan cara menggeser gagang yang muncul keluar. Bentuk dari
potensiometer geser dapat dilihat pada gambar di samping. Pada umumnya, bahan
yang digunakan untuk membuat potensiometer ini adalah karbon. Adapula yang
terbuat dari kawat, namun saat ini sudah jarang digunakan karena ukurannya
yang besar. Pada potensiometer geser ini, perubahan nilai resistansinya
hanyalah perubahan secara linier. Bentuk potensiometer geser dapat dilihat
pada gambar di atas dengan komponen yang ditengah.
|
|
3. Trimpot
|
|
Trimpot adalah kependekan dari
Tripotensiometer. Sifat dan karakteristik dari trimpot tidak jauh beda dengan
potensiometer. Hanya saja, trimpot ini memiliki ukuran yang jauh lebih kecil
jika dibandingkan dengan potensiometer. Perubahan nilai resistansinya juga
dibagi menjadi 2, yakni linier dan logaritmik. Huruf B yang tertera pada
trimpot menyatakan perubahan nilai resistansinya secara logaritmik, sedangkan
huruf A untuk perubahan secara linier. Untuk mengubah nilai resistansinya,
kita dapat memutar lubang tengah pada badan trimpot dengan menggunakan obeng.
Bentuk trimpot dapat dilihat pada gambar di samping.
|
|
4. NTC dan PTC
|
|
NTC (Negative Temperature Coefficient)
dan PTC (Positive Temperature Coefficient) merupakan resistor yang
nilai resistansinya berubah jika terjadi perubahan temperatur di
sekelilingnya. Untuk NTC, nilai resistansi akan naik jika temperatur
sekelilingnya turun. Sedangkan, nilai resistansi PTC akan naik jika
temperatur sekelilingnya naik. Kedua komponen ini sering digunakan sebagai
sensor untuk mengukur suhu atau temperatur daerah di sekelilingnya. Bentuk
NTC dan PTC dapat dilihat pada gambar di samping.
|
|
5. LDR
|
|
LDR (Light Dependent Resistor)
merupakan resistor yang nilai resistansinya berubah jika terjadi perubahan
intensitas cahaya di daerah sekelilingnya. Pada prinsipnya, intensitas cahaya
yang besar mampu mendorong elektron untuk menembus batas – batas pada LDR.
Dengan demikian, nilai resistansi LDR akan naik jika intensitas cahaya yang
diterimanya sedikit atau kondisi sekelilingnya gelap. Sedangkan, nilai
resistansi LDR akan turun jika intensitas cahaya yang diterimanya banyak atau
kondisi sekelilingnya terang. LDR sering digunakan sebagai sensor cahaya,
khususnya sebagai sensor cahaya yang digunakan pada lampu taman. Bentuk LDR
dapat dilihat pada gambar di atas.
|
Source :
Copas boleh, asal cantumkan referensinya..
BalasHapus