Sensor Gas Methane TGS 2611

Sensor gas TGS 2611 adalah sensor gas yang memiliki sensitifitas tinggi terhadap adanya konsentrasi gas methane disekitar sensor tersebut. Sensor gas TGS 2611 ini akan memberikan perubahan resistansi apabila mendeteksi adanya gas methane disekitar sensor. Sensor gas TGS2611 memiliki konsumsi arus yang rendah sehinga dapat digunakan dalam waktu yang lama. Konsumsi arus utama dari sensor gas TGS 2611 adalah pada bagian heater sensor yaitu 56 mA. Sensor gas TGS 2611 ini memiliki bentuk fisik yang kecil sehingga dapat digunakan dalam perlatan detektor gas yang praktis. Sensor gas TGS 2611 ini membutuhkan sumber tegangan DC +5 volt yang digunakan untuk mengoperasikan heater pada sensor gas dan memberikan output perubahan tegangan dari perubahan resistansi pada sensor gas TGS2611tersebut.

Bentuk Sensor Gas TGS 2611

Bentuk Sensor Gas TGS 2611,sensor gas methane,sensor gas TGS 2611,TGS2611,teori sensor gas,dasar teori sensor gas,fungsi sensor gas,fungsi sensor TGS 2611,sensor TGS2611,kemapuan sensor TGS2611,aplikasi sensor TGS2611,karakter sensor gas,karakteristik sensor TGS 2611
Sensor gas TGS 2611 ini menggunakan heater dalam bekerja, heater sensor gas TGS 2611 ini dioperasikan menggunakan tegangan DC +5 volt. Agar dapat memberikan perubahan tegangan dari perubahan resistansi pada sensor gas TGS 2611 ini harus diberikan sumber tegangan DC +5 volt dan tambahan komponen eksternal yang dirakit sperti rangkaian berikut.

Rangkaian Dasar Sensor Gas TGS 2611

Konfigurasi Sensor Gas TGS2611,rangkaian dasar sensor gas TGS 2611,rangkaian sensor gas,rangkaian sensor TGS 2611,skema sensor gas TGS 2611,skema sensor TGS2611,rangkaian TGS2611,skema TGS2611,konfigurasi sensor gas,konfigurasi sensor TGS 2611,konfigurasi sensor gas methane,kompone sensor gas methane,merakit sensor gas,merakit sensor gas methane,membuat sensor gas
Dengan konfigurasi rangkaian dasar seperti pada rangkaian diatas maka sensor gas TGS 2611 dapat dihubungkan langsung ke mikrokontroler yang memiliki port analog input. Sumber tegangan DC untuksensor gas TGS 2611 pada rangkaian diatas membutuhkan sumber tegangan yang stabil. Kapasitor pada rangkaian dasar sensor gas TGS 2611 diatas berfungsi sebagai filter noise dan sebagai kapasitor kompensator. Output sensor gas TGS 2611 pada rangkaian diatas berupa tegangan DC yang berubah sesuai dengan konsentrasi gas methane yang dideteksi sensor gas tersebut. Jalur output pada sensor gas TGS 2611 diatas adalah VL yang dapat diatur melalui potensiometer RL.

Referensi :

Sensor Gas LPG TGS 2610

Sensor gas LPG TGS 2610 adalah sebuah sensor gas yang dapat mendeteksi adanya konsentrasi gas LPG disekitar sensor tersebut. Sensor gas LPG TGS 2610 akan memberikan perubahan resistansi pada saat terdeteksi adanya gas LPG disekitar sensor, dimana semakin kuat konsenstrasi gas LPG yang terdeteksi maka semakin rendah resistansi output sensor gas LPG TGS 2610 dan sebaliknya (resistansi membesar) apabila tidak terdeteksi adanya gas LPG disekitar sensor. Sensor gas LPG TGS 2610 adalah suatu jenis semikonduktor oksida logam film tebal yang dapat mendeteksi adanya kebocoran gas LPG, beroperasi dengan konsumsi arus yang rendah dan memiliki daya tahan yang lama dalam penggunaannya. Sensitifitas dari sensor gas LPG TGS 2610 sangat bagus sehingga sesuai untuk keperluan pendeteksian kebocoran gas LPG.

Bentuk Fisik Sensor Gas LPG TGS 2610

Bentuk Fisik Sensor Gas LPG TGS 2610,sensor gas lpg,sensor lpg,sensor figaro,sensor gas figaro,sensor gas tgs 2610,tgs2610,teori tgs 2610,teori sensor gas lpg,sensor lpg figaro,sensor figaro untuk lpg,detektor gas lpg,komponen sensor gas,deteksi kebocoran gas,detektos lpg bocor,detektor tabung gas bocor,bentuk sensor gas lpg,elemen sensor gas lpg,komponen sensor gas lpg
Elemen yang digunakan untuk sensor gas LPG TGS 2610 adalah semikonduktor dari bahan dioksida timah (SnO2) yang mempunyai resistansi yang tinggi pada udara bersih. Jika terdapat gas yang dideteksi, maka resistansi dari sensor gas TGS 2610 akan menurun tergantung pada konsentrasi gas LPG di udara sekitar sensor TGS 2610 diletakan. Sensor gas LPG TGS 2610 membutuhkan heater dan sumber tegangan DC +5 volt dalam bekerja. Perubahan resistansi pada sensor gas LPG TGS 2610 dapat diubah mejadi perubahan tegangan menggunakan rangkaian sederhana seperti gambar berikut.

Rangkaian Aplikasi Sensor Gas LPG TGS 2610

Rangkaian Aplikasi Sensor Gas LPG TGS 2610,rangkaian dasar sensor gas lpg,skema sensor gas lpg,skema sensor gas tgs 2610,rangkaian sensor gas tgs2610,aplikasi sensor gas tgs2610, skema aplikasi sensor LPG,skema detektor gas LPG,skema detektor kebocoran gas LPG,rangkaian detektor tabung gas bocor,aplikasi dasar sensor tgs 2610,rangkaian dasar tgs 2610,skema dasar sensor gas,skema dasar tgs 2610
Rangkaian diatas adalah rangkaian aplikasi dasar pengoperasian sensor gas LPG TGS 2610. Heater dan elemen sensor gas LPG TGS 2610 diberikan sumber tegangan DC +5 volt dan ditambahkan resistor (R) sebagai kontrol level tegangan output sensor gas LPG TGS 2610. Dengan rangkaian dasar yang sederhana seperti ditunjukan pada gambar diatas maka perubahan resistansi yang dihasilkan oleh sensor gas LPG TGS 2610 pada proses deteksi kandungan gas LPG akan berubah menjadi perubahan tegangan yang levelnya tergantung dari konsentrasi kandungan gas LPG yang diterima sensor gas LPG TGS 2610. Dimana semakin kuat konsentrasi gas LPG yang dideteksi oleh sensor gas LPG TGS 2610 maka tegangan output sensor semakin tinggi dan sebaliknya pada udara yang bersih dari konsentrasi gas LPG maka tegangan output sensor gas LPG TGS 2610 semakin rendah.

Referensi :

Stimulus ( Besaran Fisik ) dan Output Sensor

Sensor atau transduser adalah komponen elektronika yang dapat memberikan perubahan output besaran listrik dari perubahan fisik yang diterimanya. Stimulus sensor merupakan entitas atau besaran fisik yang dapat mempengaruhi output sensor.  Sensor bekerja dengan cara mengubah entitas menjadi besaran listrik. Seuatu sensor akan memberikan perubahan output apabila sensor tersebut menerima perubahan besaran fifik (stimulus) yang sesuai dengan jenis sensor tersebut. Besaran fisik (stimulus) yang dapat mempengaruhi nilai output dari sensor elektronik adalah sebagai berikut.

Macam-Macam  Stimulus (Besaran Fisik) Sensor

  1. Akustis : gelombang (frekuensi amplitudo,fase), kecepatan rambat, spektrum,dll
  2. Elektris : arus, tegangan, medan, konduktivitas, permitivitas, dll
  3. Magnetis : medan (amplitudo, polarisasi, fase, spektrum), fluks, permenbility, dll
  4. Optis : gelombang(amplitudo, frekuensi, fase, spektrum), kecepatan, pantulan penyerapan
  5. Termis : temperatur, laju rambat panas
  6. Mekanis : posisi, kecepatan , tekanan, tarikan, kerapatan, percepatan, ketinggian, ketebalan, masa, dll.
Besaran Fisik (Stimulus) Dan Output Sensor,besaran fisik sensor,stimulus sensor,definisi stimulur sensor,pengarus besaran fisik sensor,kondisi yang mempengaruhi sensor,pengaruh sensor,perubahan stimulus,perubahan sensor,teori sensor,desaran fisik sensor,jenis stimulus sensor,macam-macam stimulus sensor,macam-macam sensor,output sensor,jenis output sensor,jenis sensor dari outputnya,sinyal output sensor,sensor diskrit,sensor analog,sensor digital,sensor akustik,sensor elektris,sensor magnetis,sensor optis,sensor termis,sensor mekanis
Jenis-jenis sensor yang digunakan pada sistem otomasi berdasarkan sinyal output yang dihasilkan dapat dibedakan menjadi beberapat jenis. Berikut adalah jenis sensor berdasarkan sinyal outputnya.

Jenis Sensor Berdasarkan Sinyal Output

  1. Sensor diskrit. Tegangan diskrit mempunyai keluaran tegangan low dan high. Sensor diskrit digunakan untuk menterjemahkan dua kondisi fenomena fisis yang kontras ke dalam kode biner.
  2. Sensor digital. Digital sensor memiliki data keluaran dalam bentuk biner (digital) sehingga langsung dapat dihubungkan pada sistem BUS yang terdapat di PLC. Sensor digital mempunyai keluaran serial dan pararel.
  3. Sensor Analog. Sensor analog atau sensor kontinyu bekerja dengan cara mengubah fenomena fisis ke besaran listrik yang dapat diukur, dalam bentuk arus, tegangan.

Referensi :

Pengertian Dan Jenis Sensor Mekanik (Mechanics Sensor)

Sensor Mekanik (Mechanics Sensor) merupakan sensor atau transduser yang digunakan untuk mengetahui, mengukur atau mendeteksi nilai perubahan atau gerakan mekanis dari suatu objek. Pada artikel “Pengertian Dan Jenis Sensor Mekanik (Mechanics Sensor)” ini akan diuraikan tentang pengertian dari jenis-jenis Sensor Mekanik (Mechanics Sensor) yang dapat ditemui dalam dunia industri dan kegiatan sehari-hari.
Pergerakkan mekanis adalah tindakan yang paling banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, seperti perpindahan suatu benda dari suatu posisi ke posisi lain, kecepatan mobil di jalan raya, dongrak mobil yang dapat mengangkat mobil seberat 10 ton, debit air didalam pipa pesat, tinggi permukaan air dalam tanki. Semua gerak mekanis tersebut pada intinya hanya terdiri dari tiga macam, yaitu gerak lurus, gerak melingkar dan gerak memuntir. Gerak mekanis disebabkan oleh adanya gaya aksi yang dapat menimbulkan gaya reaksi. Banyak cara dilakukan untuk mengetahui atau mengukur gerak mekanis misalnya mengukur jarak atau posisi dengan 30 meter, mengukur kecepatan dengan tachometer, mengukur debit air dengan rotameter dsb.
Pengertian Dan Jenis Sensor Mekanik (Mechanics Sensor),Sensor Mekanik (Mechanics Sensor),Pergerakkan mekanis,jenis sensor mekanis,Sensor Mekanik,Sensor Posisi,Sensor Kecepatan (Motion Sensor),Sensor Tekanan (Presure Sensor),Transduser tekanan dan gaya (load cell),Sensor tekanan dengan diafragma reliable,Sensor Aliran Fluida (Flow Sensor),Sensor Level,teori sensor mekanik,definisi sensor mekanik,harga sensor mekanik,jual sensor mekanik,pengertian sensor mekanik,fungsi sensor mekanik,manfaat sensor mekanik,menggunakan sensor mekanik,cara pasang sensor mekanik,aplikasi sensor mekanik,penggunaan sensor mekanik,seting sensor mekanik,manfaat sensor mekanik,jenis sensor mekanik,bagian sensor mekanik
Tetapi jika ditemui gerakan mekanis yang berada dalam suatu sistem yang kompleks maka diperlukan sebuah sensor untuk mendeteksi atau mengimformasikan nilai yang akan diukur. Berikut akan dijabarkan beberapa jenis sensor mekanis yang sering dijumpai di dalam kehidupan sehari-hari.

Pengertian Dan Jenis Sensor Mekanik (Mechanics Sensor)

Sensor Posisi

Pengukuran posisi dapat dilakukan dengan cara analog dan digital. Untuk pergeseran yang tidak terlalu jauh pengukuran dapat dilakukan menggunakan cara-cara analog, sedangkan untuk jarak pergeseran yang lebih panjang lebih baik digunakan cara digital.
Hasil sensor posisi atau perpindahan dapat digunakan untuk mengukur perpindahan linier atau angular. Teknis perlakuan sensor dapat dilakukan dengan cara terhubung langsung ( kontak ) dan tidak terhubung langsung ( tanpa kontak ).

Sensor Kecepatan (Motion Sensor)

Pengukuran kecepatan dapat dilakukan dengan cara analog dan cara digital. Secara umum pengukuran kecepatan terbagi dua cara yaitu: cara angular dan cara translasi. Untuk mengukur kecepatan translasi dapat diturunkan dari cara pengukuran angular. Yang dimaksud dengan pengukuran angular adalah pengukuran kecepatan rotasi (berputar), sedangkan pengukuran kecepatan translasi adalah kecepatan gerak lurus beraturan dan kecepatan gerak lurus tidak beraturan.

Sensor Tekanan (Presure Sensor)

  • Transduser tekanan dan gaya (load cell)
  1. terdiri dari bahan elastis dan sensor perpindahan (displacement)
  2. besaran ukur (i) strain atau (ii) displacement
  3. pengelompokan: tipe absolute gauge dan diferensial
  • Sensor tekanan dengan diafragma reliable, sukar dibuat, reproducible
  1. besaran ukur strain dengan strain gauge atau displacement dengan kapasitansi
  2. pengukuran dengan kapasitansi dalam rangkaian jembatan sangat sensitif dan mahal
  3. Penempatan dan rangkaian sensor
  • Rangkaian jembatan untuk kompensasi temperatur
  • Resistor sensitif temperatur baik dalam jembatan maupun pada regulator tegangan

Sensor Aliran Fluida (Flow Sensor)

Pengukuran aliran mulai dikenal sejak tahun 1732 ketika Henry Pitot mengatur jumlah fluida yang mengalir. Dalam pengukuran fluida perlu ditentukan besaran dan vektor kecepatan aliran pada suatu titik dalam fluida dan bagaimana fluida tersebut berubah dari titik ke titik.

Sensor Level

Pengukuran level dapat dilakukan dengan bermacam cara antara lain dengan: pelampung atau displacer, gelombang udara, resistansi, kapasitif, ultra sonic, optic, thermal, tekanan, sensor permukaan dan radiasi. Pemilihan sensor yang tepat tergantung pada situasi dan kondisi sistem yang akan di sensor.

Referensi :

Teori Sensor Dan Transduser

Beberapa proses di industri membutuhkan sistem instrumentasi elektronis sebagai masukan ke dalam sebuah proses pengendalian. Besaran masukan pada sistem instrumentasi bukan besaran listrik. Besaran masukan itu dapat besaran mekanik, kima, dan proses fisis. Untuk menggunakan masukan itu maka diperlukan metoda untuk mengubah besaran tersebut menjadi besaran listrik. Untuk mengubah besaran tersebut diperlukan sebuah converter yaitu berupa transduser dan sensor.

Pengertian Sensor Dan Transduser

Tranduser dan sensor akan mengkonversi dari suatu isyarat input berupa isyarat fisis dan isyarat kimia yang akan diubah ke suatu isyarat ouput berupa tegangan, arus, dan hambatan.  Tranduser adalah suatu peralatan/ alat yang dapat mengubah suatu besaran ke besaran lain. Sebagai contoh, definisi transduser yang luas ini mencangkup alat-alat yang mengubah gaya atau perpindahan mekanis menjadi sinyal listrik. Tranduser dapat dikelompokkan berdasarkan pemakaiannya, metode pengubahan energy, sifat dasar dari sinyal keluaran dan lain-lain.

Klasifikasi Sensor Dan Transduser

Teori Sensor Dan Transduser,teori sensor,teori transduser,pengertian sensor,pengertian transduser,arti sensor,arti transduser,definisi sensor,definisi transduser,artikel sensor,artikel trnasduser,Klasifikasi Sensor Dan Transduser,tipe sensor,tipe transuduser,prinsip kerja sensor,prinsip kerja transduser,karakteristik sensor,karakteristik transduser,output sensor,output transduser,sensor pasif,sensor aktif,pengertian sensor aktif,pengertian sensor pasif,harga sensor,harga transduser,jual sensor,beli transduser,definisi sensor aktif,definisi sensor pasif, sensor adalah,transduser adalah,
Tranduser dan sensor dibedakan sesuai dengan aktifitas yang didasarkan atas konversi sinyal dari besaran sinyal bukan listrik (non electric signal value) ke besaran sinyal listrik (electric signal value) yaitu : sensor aktif (active sensor) dan sensor pasif (passive sensor).
Sensor dan tranduser pasif merupakan suatu sensor dan tranduser yang dapat mengubah langsung dari energi dari energy bukan listrik (seperti : energi mekanis, energi thermis, energi cahaya atau energi kimia) menjadi energi listrik. Sensor dan tranduser ini biasanya dikemas dalam satu kemasan yang terdiri dari elemen sebagai detektor, dan piranti pengubah dari energi dengan besaran bukan listrik menjadi energi besaran listrik.
Sensor dan tranduser aktif merupakan suatu sensor dan tranduser yang dapat mengubah langsung dari energi dari energy bukan listrik (seperti : energi mekanis, energi thermis, energi cahaya atau energi kimia) menjadi energi listrik bekerja atas asas pengendalian tenaga. Sensor dan tranduser aktif memerlukan bantuan tenaga dari luar.

Prinsip Kerja Sensor Dan Transduser

Prinsip kerja suatu sensor ditentukan oelh bahan sensor utama yang dipakai yang berkaitan erat dengan macam besaran yang diindera. Prinsip kerja sensor:
  1. Prinsip Fotovoltaik besaran yang diindera adalah cahaya. Cahaya yang diubah menjadi tegangan antara dua bahan berbeda susunannya.
  2. Prinsip Piezoelektris besaran yang diindera menyebabkan perubahan tegangan V dan muatan Q yang ditimbulkan oleh sejenis kristal.
  3. Prinsip Elektromagnetik besaran yang diindera mengubah fluks magnetis yang kemudian mengibas suatu tegangan.
  4. Prinsip Kapasitif perubahan besaran yang diindera menyebabkan perubahan kapasitas.
  5. Prinsip Induktif perubahan besaran yang diindera menyebabkan perubahan induktif.
  6. Prinsip Fotokonduktif besaran yang diindera mengubah hantaran (conductive) atau rambatan (resistace) bahan semi penghantar melalui perubahan cahaya yang mengenai bahan tersebut.
  7. Prinsip Reluktif besaran yang diindera diubah menjadi perubahan tegangan ac sebagi akibat perubahan lintasan reluxtan diantara dua atau lebih komponen ketika rangsangan ac diterapkan pada sistem kumparan tersebut.
  8. Prinsip Potensiometer besaran yang diindera diubah menjadi perubahan menjadi perubahan kedudukan kontak geser pada suatu elemen hambatan.
  9. Prinsip Resistif perubahan besaran yang diindera diubah menjadai perubahan hambatan suatu elemen.
  10. Prinsip Ukur Regangan besaran yang diindera diubah menjdai perubahan hambatan sebagai akibat adanya regangan, biasanya pada dua atau empat cabang suatu jembatan wheatstone.
  11. Prinsip Termoelektris besaran yang diindera adalah suhu dan tranduser bekerja atas dasar efek Seeback, efek Thomson atau efek Peltier.

Referensi :

Jenis Sensor Dan Transduser

Perkembangan sensor dan transduser sangat cepat sesuai kemajuan teknologi otomasi, semakin komplek suatu sistem otomasi dibangun maka semakin banyak jenis sensor yang digunakan. Robotikadalah sebagai contoh penerapan sistem otomasi yang kompleks, disini  sensor yang digunakan dapat dikatagorikan menjadi dua jenis sensor yaitu: (D Sharon, dkk, 1982).
  • Internal sensor, yaitu sensor yang dipasang di dalam bodi robot.
Sensor internal diperlukan untuk mengamati posisi, kecepatan, dan akselerasi  berbagai sambungan mekanik pada robot, dan merupakan bagian dari mekanisme servo.
  • External sensor, yaitu sensor yang dipasang diluar bodi robot.
Sensor eksternal diperlukan karena dua macam alasan yaitu:
Sensor untuk keamanan, yang dimaksud “sensor untuk keamanan” adalah termasuk keamanan objek yang dipasang sensor, yaitu perlindungan terhadap objek yang dipasang sensor dari kerusakan yang ditimbulkannya sendiri, serta keamanan untuk peralatan,komponen, dan orang-orang dilingkungan dimana objek yang dipasang sensor tersebut digunakan.
Sensor untuk penuntun, yang dimaksud “sensor untuk penuntun” adalah sensor yang berfungsi untuk mengetahui posisi objek yang dipasang sensor sehingga objek tersebut dapat menentukan langkah selanjutnya setelah berada diposisi tersebut.
sensor dan transduser,jenis sensor,jenis transduser,klasifikasi sensor,klasifikasi transduser,sensor internal,sensor exsternal,sensor optic,sensor thermal,sensor mekanik,Self generating transduser,External power transduser,pengertian sensor,pengertian transduser,sensor untk keamanan,sensor untuk penuntun
Sesuai dengan fungsi sensor sebagai pendeteksi sinyal dan meng-informasikan sinyal tersebut ke sistem berikutnya, maka peranan dan fungsi sensor akan dilanjutkan oleh transduser. Karena keterkaitan antara sensor dan transduser begitu erat maka pemilihan transduser yang tepat dan sesuai juga perlu diperhatikan.

Klasifikasi Sensor

Secara umum berdasarkan fungsi dan penggunaannya sensor dapat dikelompokan menjadi 3 bagian yaitu:
  • sensor thermal (panas)
  • sensor mekanis
  •  sensor optik (cahaya)
Sensor thermal adalah sensor yang digunakan untuk mendeteksi gejala perubahan panas/temperature/suhu pada suatu dimensi benda atau dimensi ruang tertentu. Contohnya; bimetal, termistor, termokopel, RTD, photo transistor, photo dioda, photo multiplier, photovoltaik, infrared pyrometer, hygrometer, dsb.
Sensor mekanis adalah sensor yang mendeteksi perubahan gerak mekanis, seperti perpindahan atau pergeseran atau posisi, gerak lurus dan melingkar, tekanan, aliran, level dsb. Contoh;  strain gagelinear variable deferential transformer (LVDT), proximitypotensiometer, load cell, bourdon tube, dsb.
Sensor optic atau cahaya adalah sensor yang mendeteksi perubahan cahaya dari sumber cahaya, pantulan cahaya ataupun bias cahaya yang mengernai benda atau ruangan. Contoh;  photo cell, photo transistor, photo diode, photo voltaic, photo multiplier, pyrometer optic, dsb.

Klasifikasi Transduser  (William D.C, 1993)

sensor dan transduser,jenis sensor,jenis transduser,klasifikasi sensor,klasifikasi transduser,sensor internal,sensor exsternal,sensor optic,sensor thermal,sensor mekanik,Self generating transduser,External power transduser,pengertian sensor,pengertian transduser,sensor untk keamanan,sensor untuk penuntun
  • Self generating transduser (transduser pembangkit sendiri)
Self generating transduser adalah transduser yang hanya memerlukan satu sumber energi. Contoh: piezo electric, termocouple, photovoltatic, termistor, dsb. Ciri transduser ini adalah dihasilkannya suatu energi listrik dari transduser secara langsung. Dalam hal ini transduser berperan sebagai sumber tegangan.
  • External power transduser (transduser daya dari luar)
External power transduser adalah transduser yang memerlukan sejumlah  energi dari luar untuk menghasilkan suatu keluaran. Contoh: RTD (resistance thermal detector), Starin gauge, LVDT (linier variable differential transformer), Potensiometer, NTC, dsb.

Referensi :

Sensor Kecepatan Angular Gyroscope ADXRS150

Sensor gyroscope adalah sensor kecepatan angular yang digunakan untuk mengukur kecepatan rotasi dari suatu benda. Sensor gyroscope dapat ditemui pada modul IMU (Inertial Measurement Unityaitusuatu unit dalam modul elektronik yang mengumpulkan data kecepatan angular dan akselerasi linear yang kemudian dikirim ke CPU (Central Processing Unit) untuk mendapatkan data keberadaan dan pergerakan suatu benda.
Secara umum hasil pengukuran kecepatan sudut sebuah benda dengan menggunakan sensor gyroscopepada sumbu horisontal dapat dinyatakan dengan persamaan berikut.
r_{m}(t)=(1+s)r(t)+b+w
Dari persamaan diatas, dapat diperoleh kecepatan sudut sebenarnya dinyatakan dengan persamaan berikut :
r_{t}=\frac{1}{1+s}r_{m}(t)-\frac{b}{1+s}-\frac{w}{1+s}
r_{t}=\bar{s}r_{m}(t)+\bar{b}+\bar{w}
Sinyal keluaran gyroscope rm(t) secara umum mengandung sinyal kecepatan sudut r(t)random noise w(t), dan bias b(t)Gyroscope ADXRS150 dari Analog Device, merupakan gyroscope elektrik yang memiliki skala 150 °/s. Gyroscope ADXRS150 ditunjukkan pada gambar berikut.

Sensor Kecepatan Angular Gyroscope ADXRS150

Sensor Kecepatan Angular Gyroscope ADXRS150,sensor Gyroscope ADXRS150,sensor kecepatan sudut,sensor kecepatan angular,IMU,Inertial Measurement Unit,sensor Inertial,teori Inertial Measurement Unit,dasar teori Inertial Measurement Unit,funsi Inertial Measurement Unit,manfaat Inertial Measurement Unit,aplikasi Inertial Measurement Unit,harga modul Inertial Measurement Unit,harga IMU,teori Sensor Kecepatan Angular,teori Kecepatan Angular,harga Sensor Kecepatan Angular,modul Sensor Kecepatan Angular,fungsi Gyroscope,aplikasi Gyroscope,sensor Gyroscope,transducer Gyroscope,modul Gyroscope,kit Gyroscope,harga sensor Gyroscope,harga modul Gyroscope,jual sensor Gyroscope,menggunakan Gyroscope,cara menggunakan Gyroscope,cara pakai Gyroscope,seting sensor Gyroscope
Tegangan masukan untuk ADXRS150 adalah tegangan DC 5 volt sedangkan tegangan keluarannya antara 0,25 volt sampai 4,75 volt. Ketika dalam keadaan diam, sensor gyroscope ADXRS150 memiliki tegangan offset yang nilainya setengah dari tegangan masukannya atau sekitar 2,5 volt. GyroscopeADXRS150 digunakan untuk mengukur kecepatan sudut atau seberapa cepat suatu benda berputar.Gyroscope ADXRS150 akan mengeluarkan tegangan yang nilainya sebanding dengan nilai kecepatan sudut, nilai tersebut ditentukan oleh nilai kepekaannya. Nilai kepekaan tersebut memiliki satuan milivolt per derajat per detik (mV/°/s). Gyroscope ADXRS150 memiliki nilai kepekaan 12,5 mV/°/s.

Referensi :

Sensor Accelerometer MMA7260Q

Accelerometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur percepatan, mendeteksi dan mengukur getaran (vibrasi), dan mengukur percepatan akibat gravitasi (inklinasi). Accelerometer dapat digunakan untuk mengukur getaran pada mobil, mesin, bangunan, dan instalasi pengamanan. Accelerometer juga dapat diaplikasikan pada pengukuran aktivitas gempa bumi dan peralatan-peralatan elektronik, seperti permainan 3 dimensi, mouse komputer, dan telepon. Untuk aplikasi yang lebih lanjut, sensor ini banyak digunakan untuk keperluan navigasi.
Percepatan merupakan suatu keadaan berubahnya kecepatan terhadap waktu. Bertambahnya suatu kecepatan dalam suatu rentang waktu disebut percepatan (acceleration). Namun jika kecepatan semakin berkurang daripada kecepatan sebelumnya, disebut perlambatan (deceleration). Percepatan juga bergantung pada arah/orientasi karena merupakan penurunan kecepatan yang merupakan besaran vektor. Berubahnya arah pergerakan suatu benda akan menimbulkan percepatan pula. Untuk memperoleh data jarak dari sensor accelerometer, diperlukan proses integral ganda terhadap keluaran sensor.
s=\int (\int (\vec{a})dt)dt
Proses penghitungan ini dipengaruhi oleh waktu cuplik data, sehingga jeda waktu cuplik data (dt) harus selalu konstan dan dibuat sekecil mungkin Secara sederhana, integral merupakan luas daerah di bawah suatu sinyal selama rentang waktu tertentu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.

Proses Integral Terhadap Suatu Sinyal

Proses Integral Terhadap Suatu Sinyal,sinyal accelerometer,sinyal integrasi accelerometer,proses integrasi sinyal accelerometer,integrasi sinyal oleh sensor accelerometer
\int_{b}^{a}f(x)dx=\lim_{n\rightarrow \infty }\sum_{n}^{i=1}f(x_{i})\Delta x
\Delta x=\frac{b-a}{n}
Persamaan pengintegralan pada persamaan (2) masih memiliki error yang cukup besar. Untuk lebih mengoptimalkan hasil pengintegralan maka dapat digunakan metode Runge-Kutta dengan pendekatantrapezoidal seperti pada persamaan berikut.
x_{k}=x_{k-1}+\frac{h}{2}[f(x_{k},t_{k})+f(x_{k-1},t_{k-1})]
Dari persamaan (4) dapat diketahui bahwa hasil integral saat ini (xk) dipengaruhi oleh hasil integral sebelumnya (xk-1), masukan saat ini f(xk,tk) dan masukan sebelumnya, serta waktu cuplik antar data masukan (h).
Percepatan yang diperoleh dari hasil pengukuran accelerometer pada kenyataannya bukanlah data percepatan benda murni, melainkan juga terdapat derau.
U=a+r+d
Nilai a merupakan percepatan benda sesungguhnya, nilai r adalah random noise, dan d adalah drift noise.
Sensor accelerometer MMA7260Q digunakan dengan tiga sumbu pengukuran, yaitu terhadap sumbu x, sumbu y, dan sumbu z. Sensor accelerometer ini digunakan untuk mengukur percepatan benda dalam satuan gravitasi (g). Sensor ini dapat mengukur percepatan dari 1,5 g sampai 6 g. Sensor accelerometerMMA7260Q dengan rangkaian pendukung yang terintegrasi dapat dilihat pada gambar berikut.

Break Out Accelerometer MMA7260Q

Sensor Accelerometer MMA7260Q,Break Out Accelerometer MMA7260Q,accelerometer,sensor accelerometer,aplikasi sensor accelerometer,fungsi sensor accelerometer,cara menggunakan sensor accelerometer,cara seting sensor accelerometer,cara pakai sensor accelerometer,tegangan kerja sensor accelerometer,teori sensor accelerometer,membuat sensor accelerometer,rangkaian sensor accelerometer,komponen sensor accelerometer,modul sensor accelerometerkit sensor accelerometer,harga sensor accelerometer,jual sensor accelerometer harga beli sensor accelerometer,keunggulan sensor accelerometer,konfigurasi sensor accelerometer,seting sensor accelerometer,sisitem kerja sensor accelerometer,prinsip kerja sensor accelerometer,teori dasar sensor accelerometer
Pada sensor accelerometer MMA7260Q ini memiliki fasilitas g-select yang memungkinkan sensor bekerja pada tingkat sensitivitas yang berbeda-beda. Penguatan internal pada sensor akan berubah sesuai dengan tingkat sensitivitas yang dipilih, yaitu 1,5 g, 2 g, 4 g, atau 6 g. Pemilihan tingkat sensitivitas ini dilakukan dengan memberikan input logika pada pin g-select1 dan g-select2. Diskripsi pemilihan tingkat sensitivitas pada sensor accelerometer MMA7260Q dapat diamati pada tabel berikut.

Diskripsi Tingkat Sensitivitas Accelerometer MMA7260Q

 Diskripsi Tingkat Sensitivitas Accelerometer MMA7260Q,Accelerometer MMA7260Q,Sensitivitas Accelerometer,tingkat Sensitivitas Accelerometer

Referensi :

Sensor Suhu Thermopile MLX90247

Sensor suhu thermopile merupakan salah satu jenis detektor suhu passive infrared. Sensor suhu thermopile mengukur suhu berdasarkan prinsip pengukuran suhu radiasi inframerah. Radiasi inframerah merupakan radiasi gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang 0,7 μm hingga 300 μm yang dapat memancarkan panas pada suhu tertentu. Sensor thermopile didesain untuk pengukuran suhu nonkontak. Gambar a berikut menunjukkan bentuk sensor thermopile MLX90247 dengan kemasan TO39.

Skematik sensor thermopile MLX90247

Skematik sensor thermopile MLX90247,sensor thermopile,harga sensor thermopile,jual sensor thermopile,rangkaian sensor thermopile,modul sensor thermopile,kit sensor thermopile,harga modul sensor thermopile,teori sensor thermopile,karakteristik sensor thermopile,spesifikasi sensor thermopile,bagian sensor thermopile,cara seting sensor thermopile,menggunakan sensor thermopile,aplikasi sensor thermopile,fungsi sensor thermopile,keunggulan sensor thermopile,komponen sensor thermopile,jual sensor thermopile,susunan pin sensor thermopile,kaki sensor thermopile
Gambar b diatas  menunjukkan penampang tampak atas dari pin sensor thermopile MLX90247 yang memiliki empat kaki. Kaki 1 dan 3 merupakan output thermopile (Vir), sedangkan kaki 2 dan 4 terhubung ke termistor dan ground. Gambar c diatas menunjukkan rangkaian penyusun sensor suhu thermopile MLX90247. Sensor suhu MLX90247 memiliki bagian thermopile dan termistor yang terpisah. Bagian thermopile memiliki resistansi sebesar 60 kΩ yang terbagi dalam dua buah resistor. Keduanya terhubung dengan absorber yang menghasilkan potensial listrik (Vir) sebagai output dari thermopile pada kaki 1 dan kaki 2. Potensial listrik tersebut besarnya sesuai dengan persamaan berikut.
V_{ir}=Alpha\cdot[(T_{0})^{4}-(T_{a})^4]
Kaki 2 dan 4 pada Gambar diatas  merupakan output untuk resistansi termistor sebagai kompensasi pengukuran suhu dengan thermopile yang merupakan suhu ambient sensor thermopile tersebut.

Referensi :

Sensor Suhu Thermocouple

Sensor termokopel adalah sensor yang mampu mengukur suhu sangat tinggi sehingga sensor suhu thermocouple ini sering digunakan untuk industri pengolahan minyak atau baja. Sensor suhu termokopel memiliki nilai output yang kecil pada kondisi level noise yang tinggi, sehingga memerlukan pengkondisi sinyal agar nilai output tersebut dapat dibaca.

Sejarah Thermocouple

Berasal dari kata “Thermo” yang berarti energi panas dan “Couple”yang berarti pertemuan dari dua buah benda. Thermocouple adalah transduser aktif suhu yang tersusun dari dua buah logam berbeda dengan titik pembacaan pada pertemuan kedua logam dan titik yang lain sebagai outputnya. Thermocouplemerupakan salah satu sensor yang paling umum digunakan untuk mengukur suhu karena relatif murah namun akurat yang dapat beroperasi pada suhu panas maupun dingin.

Konstruksi Sensor Suhu Thermocouple

Konstruksi Sensor Suhu Thermocouple,sensor suhu thermocouple,sejarah sensor suhu thermocouple,teori thermocouple,definsi thermocouple,sensor suhu thermocouple adalah,arti thermocouple,penemuan thermocouple,penemu thermocouple,bagian thermocouple,konstruksi thermocouple,output thermocouple,karakteristik thermocouple,kemampuan thermocouple,suhu maksimumal thermocouple,level tegangan thermocouple,output thermocouple,Sensor Thermocouple,Thermocouple
Fenomena termoelektrik pertama kali ditemukan tahun 1821 oleh ilmuwan Jerman, Thomas Johann Seebeck. Ia menghubungkan tembaga dan besi dalam sebuah rangkaian. Di antara kedua logam tersebut lalu diletakkan jarum kompas. Ketika sisi logam tersebut dipanaskan, jarum kompas ternyata bergerak. Belakangan diketahui, hal ini terjadi karena aliran listrik yang terjadi pada logam menimbulkan medan magnet. Medan magnet inilah yang menggerakkan jarum kompas. Fenomena tersebut kemudian dikenal dengan efek Seebeck.

Grafik thermocouple

Grafik thermocouple,karakter thermocouple,output thermocouple,sifat thermocouple,karakterisitk thermocouple,perubahan thermocouple,material thermocouple,bahan thermocouple,struktur thermocouple,harga thermocouple,harga beli thermocouple,modul sensor thermocouple
Penemuan Seebeck ini memberikan inspirasi pada Jean Charles Peltier untuk melihat kebalikan dari fenomena tersebut. Dia mengalirkan listrik pada dua buah logam yang direkatkan dalam sebuah rangkaian. Ketika arus listrik dialirkan, terjadi penyerapan panas pada sambungan kedua logam tersebut dan pelepasan panas pada sambungan yang lainnya. Pelepasan dan penyerapan panas ini saling berbalik begitu arah arus dibalik. Penemuan yang terjadi pada tahun 1934 ini kemudian dikenal dengan efek Peltier. Sir William Thomson, menemukan arah arus mengalir dari titik panas ke titik dingin dan sebaliknya. Efek Seebeck, Peltier, dan Thomson inilah yang kemudian menjadi dasar pengembangan teknologi termoelektrik.

Referensi : 

Sensor Level Ketinggian Zat Cair

Pengukuran level dapat dilakukan dengan bermacam cara antara lain dengan: pelampung atau displacer, gelombang udara, resistansi, kapasitif, ultra sonic, optic, thermal, tekanan, sensor permukaan dan radiasi. Pemilihan sensor yang tepat tergantung pada situasi dan kondisi sistem yang akan di sensor.

Sensor Level Menggunakan Pelampung

Cara yang paling sederhana dalam penyensor level cairan adalah dengan menggunakan pelampung yang diberi gagang. Pembacaan dapat dilakukan dengan memasang sensor posisi misalnya potensiometer pada bagian engsel gagang
pelampung. Cara ini cukup baik diterapkan untuk tanki-tanki air yang tidak terlalu tinggi.

Gambar Sensor Level Menggunakan Pelampung

Gambar Sensor Level Menggunakan Pelampung,sensor level zat cair,sensor level ketinggian zat cair,sensor ketingggian air,ketinggian air,mengukur ketinggian zat cair,cara mengukur ketinggian air,level zat cair,aplikasi sensor level zat cair,sensor dengan pelampung,pelampung sebagi sensor,sensor pelampung

Sensor Level Menggunakan Tekanan

Untuk mengukur level cairan dapat pula dilakukan menggunakan sensor tekanan yang dipasang di bagiandasar dari tabung. Cara ini cukup praktis, akan tetapi ketelitiannya sangat tergantung dari berat jenis dan suhu cairan sehingga kemungkinan kesalahan pembacaan cukup besar.
Sedikit modifikasi dari cara diatas adalah dengan cara mencelupkan pipa berisi udara kedalam cairan. Tekanan udara didalam tabung diukur menggunakan sensor tekanan, cara ini memanfaatkan hukum Pascal. Kesalahan akibat perubahan berat jenis cairan dan suhu tetap tidak dapat diatasi.

Gambar Sensor Level Menggunakan Sensor Tekanan

Gambar Sensor Level Menggunakan Sensor Tekanan,sensor tekanan,aplikasi sensor tekanan,mengukur ketinggian air dengan sensor tekanan,teknik mengukur level air,menghitung ketinggian air

Referensi :

Sensor Aliran Fluida (Flow Sensor)

Pengukuran aliran mulai dikenal sejak tahun 1732 ketika Henry Pitot mengatur jumlah fluida yang mengalir. Dalam pengukuran fluida perlu ditentukan besaran dan vektor kecepatan aliran pada suatu titik dalam fluida dan bagaimana fluida tersebut berubah dari titik ke titik. Pengukuran atau penyensoran aliran fluida dapat digolongkan sebagai berikut:

Pengukuran kuantitas

Pengukuran ini memberikan petunjuk yang sebanding dengan kuantitas total yang telah mengalir dalam waktu tertentu. Fluida mengalir melewati elemen primer secara berturutan dalam kuantitas yang kurang lebih terisolasi dengan secara bergantian mengisi dan mengosongkan bejana pengukur yang diketahui kapasitasnya. Pengukuran kuantitas diklasifikasikan menurut :
  • Pengukur gravimetri atau pengukuran berat
  • Pengukur volumetri untuk cairan
  • Pengukur volumetri untuk gas

Pengukuran laju aliran

Laju aliran Q merupakan fungsi luas pipa A dan kecepatan V dari cairan yang mengalir lewat pipayaitu:
Q=A\cdot V
tetapi dalam praktek, kecepatan tidak merata, lebih besar di pusat. Jadi kecepatan terukur rata-rata dari cairan atau gas dapat berbeda dari kecepatan rata-rata sebenarnya. Gejala ini dapat dikoreksi sebagai berikut:
Q=K\cdot A\cdot V
di mana K adalah konstanta untuk pipa tertentu dan menggambarkan hubungan antara kecepatan rata-rata sebenarnya dan kecepatan terukur. Nilai konstantaini bisa didapatkan melalui eksperimen.
Pengukuran laju aliran digunakan untuk mengukur kecepatan cairan atau gas yang mengalir melalui pipa. Pengukuran ini dikelompokkan lagi menurut jemis bahan yang diukur, cairan atau gas, dan menurut sifat-sifat elemen primer sebagai berikut:
a. Pengukuran laju aliran untuk cairan:
  • jenis baling-baling defleksi
  • jenis baling-baling rotasi
  • jenis baling-baling heliks
  • jenis turbin
  • pengukur kombinasi
  • pengukur aliran magnetis
  • pengukur aliran ultrasonic
  • pengukur aliran kisaran (vorteks)
  • pengukur pusaran (swirl)

Gambar Vortex shedding flowmeter, (a) flowmeter geometry, (b) response, (c) readout block diagram

 sejarah pengukuran aliran,teori pengukuran aliran,penemu alat ukur aliran,penemuan teknik mengukur aliran,Pengukuran aliran mulai dikenal sejak tahun 1732 ketika Henry Pitot,Sensor Aliran Fluida (Flow Sensor),sensor kecepata aliran,sensor fluida,mengatur jumlah fluida yang mengalir,pengukuran fluida,pengukuran cairan,aliran fluida,Pengukuran kuantitas,Pengukur gravimetri,Pengukur volumetri untuk cairan,Pengukuran laju aliran,Laju aliran,cairan yang mengalir lewat pipa,Pengukuran laju aliran,mengukur kecepatan cairan,Pengukuran laju aliran untuk cairan,Pengukuran laju aliran gas,Pengukuran metoda diferensial tekanan,pengukur aliran,Hukum perpindahan energi,Batas kecepatan kritis,Pengukuran aliran,Vortex shedding flowmeter,flowmeter geometry,readout block diagram
b. Pengukuran laju aliran gas
  • jenis baling-baling defleksi
  • jenis baling-baling rotasi
  • jenis termal

Pengukuran metoda diferensial tekanan

Jenis pengukur aliran yang paling luas digunakan adalah pengukuran tekanan diferensial. Pada prinsipnya beda luas penampang melintang dari aliran dikurangi dengan yang mengakibatkan naiknya kecepatan, sehingga menaikan pula energi gerakan atau energi kinetis. Karena energi tidak bisa diciptakan atau dihilangkan (Hukum perpindahan energi ), maka kenaikan energi kinetis ini diperoleh dari energi tekanan yang berubah.
Lebih jelasnya, apabila fluida bergerak melewati penghantar (pipa) yang seragam dengan kecepatan rendah, maka gerakan partikel masing-masing umumnya sejajar disepanjang garis dinding pipa. Kalau laju aliran meningkat, titik puncak dicapai apabila gerakan partikel menjadi lebih acak dan kompleks. Kecepatan kira-kira di mana perubahan ini terjadi dinamakan kecepatan kritis dan aliran pada tingkat kelajuan yang lebih tinggi dinamakan turbulen dan pada tingkat kelajuan lebih rendah dinamakan laminer.
Kecepatan kritis dinamakan juga angka Reynold, dituliskan tanpa dimensi:
R_{D}=\frac{D\cdot \rho \cdot V }{\mu }
di mana :
D = dimensi penampang arus fluida, biasanya diameter
ρ = kerapatan fluida
V = kecepatan fluida
μ = kecepatan absolut fluida
Batas kecepatan kritis untuk pipa biasanya berada diantara 2000 dan 2300
Pengukuran aliran metoda ini dapat dilakukan dengan banyak cara misalnya: menggunakan pipa venturi, pipa pitot, orifice plat (lubang sempit), turbine flow meter, rotameter, cara thermal, menggunakan bahan radio aktif, elektromagnetik, ultar sonic dan flowmeter gyro. Cara lain dapat dikembangkan sendiri sesuai dengan kebutuhan proses.

Referensi :